UJIAN NASIONAL, Representasi Prestasi?

         

     Kejujuran? Itulah tanda tanya besar yang mesti kita pertanyakan ketika membahas tentang ujian nasional. Indonesia kita tak hanya butuh orang pandai, namun lebih dari itu kita butuh orang jujur dan mempunyai keberanian. Indonesia banyak memiliki orang pandai namun orang jujur telah menjadi barang yang langka. Kepandaian tanpa kejujuran tidak akan membawa manfaat bagi orang lain. Namun kejujuran tanpa keberanian juga tidak akan membawa manfaat. 

      Ujian dalam bentuk apapun di negara kita , apakah telah memenuhi aspek kejujuran? Saya rasa belum sepenuhnya. Masih banyak guru-guru kita yang belum siap untuk mencetak generasi bangsa yang jujur. Sebagian mereka masih terperangkap oleh target semu. Apakah itu? LULUS 100% apapun caranya mereka tempuh walaupun itu cara-cara yang tidak terpuji. Saya kira ujian tidak lulus itu wajar, yang tidak wajar adalah jika kita lulus dengan cara curang. Ada saja cara yang ditempuh guru untuk menjadikan anak didiknya lulus baik dengan cara terpuji maupun dengan cara yang kurang terpuji.

          Guru yang baik hendaknya menjadikan anak didiknya lulus dengan cara yang terpuji. Misalnya dengan memberikan jam pelajaran tambahan, Untuk lulus 100% kiranya akan mudah jika kita melalui proses pembelajaran dengan benar. Jangan hanya menyalahkan siswa kita namun kita juga harus mawas diri apakah kita telah memenuhi hak-hak siswa kita sesuai dengan porsinya? Hal itulah yang mesti kiat renungkan bersama. Kalau kita belum memberikan hak mereka sesuai porsinya jangan harap mereka akan mencapai kompetensi yang kita harapkan.
    Kita jangan hanya berfikir instan tanpa bersusah payah. Cara-cara yang biasanya dilakukan para guru adalah dengan memberikan jawaban ketika ujian. Itu merupakan perilaku guru yang sangat tidak bisa ditoleransi. Guru ketika ujian tidak boleh mencampuri suasana yang ada di ruang ujian. Yang mempunyai kewenangan sepenuhnya adalah pengawas ruangan. Namun biasanya pengawas ruangan tidak mempunyai cukup keberanian untuk menegur guru yang berbuat curang. Kadang pengawas ruang yang jujur cenderung dimusuhi. 

     Tujuan kita mendidik adalah mencetak generasi bangsa yang jujur bukan mencetak pembohong dan penipu. Oleh sebab itu kita para guru harus melalui proses yang benar dalam mendidik. Jangan hanya mencari jalan pintas yang mudah. Kenapa kita mesti mengkritik kebobrokan bangsa ini jika kita sendiri sebagai guru belum melakukan hal yang benar. Jangan harap kondisi bangsa akan lebih baik jika perilaku dan cara-cara mendidik kita belum berubah. Mari kita perbaiki bersama kondisi bangsa ini, dari diri kita dan orang-orang di sekeliling kita. Salam buat Indonesia yang lebih baik.......