Di sebuah Desa, hiduplah seorang adik kakak. Mereka adalah Dama dan Leo. Dama saat ini tinggal bersama Leo. Dama berumur 13 tahun, sedangakn Leo berumur 11 tahun. Mereka sudah terbiasa hidup berdua saja di rumah. Tetapi yang mencari nafkah hanyalah Leo, sedangkan Dama hanya menikmati hasilnya saja.
Seperti biasa, Leo pergi pagi-pagi berkeliling Desa untuk menjual kayu dan kue. tetapi Dama hanya diam di rumah dan bermalas-malasan. Hari ini Dama diundang temannya untuk kehadiran pesta ulang tahun. Dama pun mau dengan ajakan tersebut, tetapi sayangnya ia tidak memiliki gaun yang indah. Dama pun mengambil hasil jualan adiknya, dan mengambil semua tabungan Leo. Dama pun pergi ke kota untuk membeli gaun yang mahal dan indah. Sedikit pun Dama tidak memikirkan adiknya saat ini. Ia hanya mementingkan kebutuhannya sendiri.
“kakak pergi dulu!” pamit Dama kepada Leo, “ya kak, hati-hati ya!” ucap Leo. Saat itu jam menunjukkan pukul 4 sore, Dama pun pergi meninggalkan adiknya. Leo pun sendirian di rumah, ia merasa kesepian.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 malam, tetapi Dama belum kunjung pulang, Leo sangat khawatir dengan keberadaan kakaknya saat ini. Ia bingung harus mencari kakaknya ke mana. Leo merasa kepalanya pusing, mual-mual, dan demam. Tetapi seorang kakak belum juga kunjung pulang ke rumah, karena sudah tidak tahan, tiba-tiba Leo pingsan.
30 menit kemudian, Dama tiba di rumah. Ia melihat adiknya pingsan. Karena itu Dama pun datang menghampiri Leo. Saat Dama berusaha menyadarkan adiknya, tetapi adiknya sama sekali tidak bergerak, detak jantungnya tidak berdetak. Dama pun mulai panik, dengan keadaan adiknya tersebut. Ternyata adiknya sudah pergi meninggalkan Dama sendirian. Memang, sudah 1 tahun Leo mengidap sakit kanker paru-paru, tetapi ia tidak memeriksakannya ke dokter karena tidak memiliki biaya pengobatan. Dama pun menangis, ia merasa sangat bersalah kepada adiknya, Leo.
Hari ini hari pemakaman Leo. Selesai menguburkan jazad Leo, Dama pun pulang ke rumahnya. “maafkan kakak, dik! semoga kamu diterima disisi-Nya.” ucap Dama sambil meneteskan air matanya. Hampir setiap hari Dama menangis karena rindu dengan adiknya yang sudah meninggalkannya. Dama tidak tahu harus berbuat apa, karena hidupnya sendirian.
“kakak, jagalah diri kakak sendiri! semoga kakak mempunyai tujuan hidup kakak, di sini aku gelisah melihat kakak menangis terus. Ikhlaskan saja aku pergi kak, mungkin sudah takdir.” terlihat cahaya putih yang berbicara di dekat Dama. Itu adalah Leo yang datang menghampirinya. “Leo! maafkan kakak, maafkan kakak!” sahut Dama dengan tangisan, Leo pun pergi sambil tersenyum, seketika cahaya putih itu hilang di hadapannya. Dama pun tak segan-segan berhenti menangis. Dama pun menyesal selama ini karena sudah membiarkan adiknya sendiri mencari nafkah.
Cerpen Karangan: Adsha Nandayi
Hy! namaku Ramya, aku lahir pada tanggal 10 Oktober 2001. Kini usiaku 12 tahun.