Banyak persepsi soal itu. Namun menurut saya, guru yang bermartabat itu setidaknya memiliki karakter sederhana seperti di bawah ini, walau saya sendiri secara pribadi akan sangat sulit merefleksikan semua itu.
Sopan santun
Guru yang sopan membuat orang segan. Guru yang santun dapat menjadi teladan di semua lingkungan sekolah dan sebaliknya guru yang bermental preman hanya menghasilkan siswa yang suka tawuran. Guru yang kerjanya Cuma mengomeli kesalahan anak didiknya sama saja seperti pedagang k-5 yang marah pada pelanggan hanya karena menawar harga. Guru model seperti ini mestinya berubah kalau tidak mau “dimusiumkan.”
Merdeka dan bersahaja
Guru adalah manusia yang merdeka. Bila si guru masih tunduk pada aturan-aturan yang korup atau sudah tergadai dengan gelimangan rupiah maka sejatinya guru itu sudah terjajah harga dirinya. Dia menjadi pendidik yang tidak bersahaja. Tingkah lakunya seperti gincu, semakin dipoles semakin hilang kesan naturalnya.
Kreatif
Guru yang kreatif akan membangkitkan martabatnya di mata orang banyak. Ia akan menjadi contoh produk yang bisa ditiru. Namanya akan disebut-sebut dalam forum pendidikan dan pertemuan resmi. Sementara guru yang pasif akan diperbincangkan oleh bisik-bisik tetangga.
Nah, guru yang kurang kreatif seperti ini banyak tersebar dan merata di semua daerah. cuma kreatifnya salah tempat sehingga sedikit demi sedikit mulai kehilangan martabat.
Selain didukung juga oleh pribadinya yang jujur, bertanggungjawab, berjiwa sosial tinggi; guru yang bermartabat senantiasa menjalankan pengabdiannya tanpa pernah memikirkan kapan naik pangkat atau jabatan. Dia tidak sibuk menumpulkan berkas forto polio dan bangga dengan tumpukan sertifikat, tanda penghargaan. atau bangga dengan karya yang dihasilkan. Dia tidak akan pernah memamerkan diri dan selalu rendah dalam menerima pujian. Semua itu hanya menjadi penghargaan semu baginya.
Penghargaan tertinggi justeru didapat dari anak didiknya yang sukses menjadi seseorang berdasarkan keinginannya saat bersekolah. Sementara si guru tadi pola hidup dan pikirnya tetap seperti biasa-biasa saja seperti semula. Hidupnya hanya dilimpahi ilmu bukan harta benda, sehingga anak didik tak lupa menyelipkan sebaris doa dalam ibadah mereka.
“Ya Allah, perbanyaklah guru seperti ini. Tetapkan ia berada di jalan yang lurus dalam pengabdiannya.”